Iseng iseng pengen coba bikin komentar nih, tentang 2 film indonesia yang di keluarkan pada bulan september 2010 yaitu DARAH GARUDA dan SANG PENCERAH, kenapa dua film ini? karena pertama aktor utama dari kedua film ini sama yaitu Lukman Sardi serta film-film ini juga mengambil tema sejarah, meski dalam dekade yang berbeda.
oke kita mulai saja yah,
yang pertama saya mulai dari aktor, pemilihan aktor saya akui untuk ke dua film ini sama kuat, ya iya lah wong keduanya ngambil aktor yang sama, hanya yang berbeda di peran pembantunya saja, saya akui film sang pencerah nampaknya lebih pas, apalagi aksi aktornya kawakan eros djarot yang berperan Kyai Penghulu Kamaludiningrat keren banget di sini, tapi saya pikir untuk peran siti walidah yang di mainkan oleh Zaskia Adya Mecca agak kurang pas saja, terlalu muda, walaupun aksi Zaskia Adya Mecca cukup baik. untuk Darah Garuda saya suka gaya aktor Donny Alamsyah kesannya gagah banget dah, dan satu lagi artis Atiqah Hasiholan juga keren... sayang perannya di sana cuma bentar.
Kedua, setting, untuk hal ini saya harus akui, Darah Garuda sangat kurang detailnya, kampung yang jadi setting nya terlihat sekali asal di buat dan hanya untuk keperluan suting saja, gak ada geregetnya, ko malah terkesan film yang kurang dana yah, liat saja suasana pasarnya, ko saya liat gak kayak pasar beneran, kesannya malah kayak bazzar kaget, trus untuk bandaranya, ko aneh juga yah, bangunannya kelihatan triplex banget, trus ada beberapa scene yang gak sengaja tertampil tower-tower selular (emang zaman 1947 sudah ada tower HP yah??) walau saya akui untuk senjata-senjatanya memang ok lah. sangat berbeda dengan film sang pencerah, menonton film ini seperti seolah kita melihat indonesia di tahun 1800an bener-bener detail, mulai dari properti, lampu, makanan, furniture, dan alat yang digunakan, semuanya sangat memanjakan mata saya. suasana kampung ama stasiun kereta apinya bener-bener keren, wajar banget.
Ketiga, spesial Effek, film sang pencerah memang gak banyak pake spesial efek sih, walau beberapa setting mengharuskan ada penggantian latar, agak kerasa kasar aja yah penggantian latarnya itu, ko aneh aja, suasana di depan rame tapi pas liat latar belakangnya ko kosong banget, gak ada orang satupun, tapi itu gak ganggu buat kita nikmatin film ko, untuk Darah Garuda, kayaknya ini yang di tonjolkan dalam film ini, efek ledakannya sip lah, untuk sebatas film indonesia, meskipun aku sebenarnya berharap lebih, andai saja suasana perangnya sama kayak film band of brother kayaknya aku bakal standing applaus dah...
Keempat, Jalan Cerita, kedua film ini sama kuat dalam masalah ini, untuk sang pencerah ceritanya memang bagus, namun sayang rasanya terlalu mendayu-dayu jadi kemungkinan buat penonton yang tak sabaran agak mengganggu dalam segi ini, berbeda dengan darah garuda kita di suguhkan adegan yang menegangkan dari awal sampai akhir film, cukup baik... namun untuk originalitas tetep saya akui sang pencerah lebih unggul... kalau darah garuda lebih berkesan niru film Rambo...
Kelima, soundtrack, dari segi ini saya mantapkan memilih sang pencerah, Tya Subiakto apik sekali meramu nuansa orkestra ke dalam film ini, memberi kesan megah dalam setiap adegan film ini, apalagi lagu di ending, keren banget... bikin aku merinding dengernya... untuk darah garuda, memang soundtracknya tidak jelek, cukup bagus sih, cocok dengan suasana untuk mengobarkan semangat patriotisme.
Over All nampaknya Sang Pencerah jauh lebih unggul... darah garuda malah berkesan seperti film murah... ntah kenapa... berbeda dengan film Sang Pencerah yang berkesan mewah banget...
ini samua hanya kesan pribadi saja, setiap orang pasti akan punya kesan yang berlainan untuk ini...
udah ah oponi film nya... selamat nonton...
Sabtu, 18 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar