Hilangnya Cahaya

Sinar surya telah surut di ufuk barat kini, lambaian sang mega yang merona muncul menghias cakrawala menjemput gelap yang sebentar lagi akan merangkul alam ini.
Sama halnya dengan hatiku kini, seakan kegelapan perlahan mulai menjemput, tak kujumpai lagi cerahnya cahaya kegembiraan, yang ada hanya kelambu gelap yang menahan agar sang Kebahagian tak lagi berperan dalam hatiku.
Ingin rasanya kuumpat rasa ini, menelan semua kemuraman ini, agar ia lenyap, dan kunyalakan kembali cahaya kebahagian. Entahlah, saat ini, hal itu tak dapat sama sekali aku lakukan, yang ada aku hanya merintih menahan perih dalam kusamnya sudut hatiku.
Secara tiba-tiba saja, direbutnya kebahagianku, dia merampasnya secara paksa dariku, tak ada lagi kekuatan untuk menahan ulahnya itu, karena kerisauannya adalah sebagian dari tingkahku, dan kini aku dipaksa untuk menelan pahit yang terus menerus menyoyak sudut hati lemahku.
Isakku tak akan pernah menolongku, ini hanya membuat aku malah semakin perih.

(Diambil dari cerpen : Tak Bisa Menyayangmu, Mulia M, 2006)

Jangan

Jangan lupakan bahwa kau pernah memetik dawaiku
Dan telah kunyanyikan lagu itu
Walau terdengar begitu sumbang
Tapi tak ada yang lebih indah selain syair kita

Jangan lupakan bahwa kau pernah menyentuh takutku
Dan aku menjadi lebih berani hadapi janji
Tak hiraukan setiap wujud yang menghantui
Karena kau, akarku tak pernah lapuk

Jangan pernah berfikir bahwa sayapku tak pernah patah
Bahwa hatiku tak pernah lumpuh
Kutaruhkan jiwa hanya demi inginku
Yaitu kamu.



picture contribute deviantart.com